Desa Nganguk merupakan desa yang terletak di Kabupaten Kudus Kecamatan Kota Kudus Jawa Tengah yang terkenal dengan sebutan kota kretek dan terkenal pula dengan sejarah wali songo yang terdapat di kota Kudus yaitu sunan kudus dan muria. Desa Nganguk merupakan desa yang letaknya sangat strategis. Dekat dengan suasana kota. Nganguk merupakan daerah yang cukup luas. Maka dari itu Nganguk dibagi menjadi beberapa desa yaitu Nganguk Pengapon, Nganguk Mranggen dan Nganguk Lor.Desa yang asri, nyaman, aman ini banyak dikelilingi bangunan-bangunan sekolah, pertokoan dan ibadah. Desa Nganguk terdiri dari 5 rukun warga (RW) dan 19 rukun tetangga (RT).
Jauh sebelum berdirinya Kerajaan Islam di Demak, terjadilah kejadian yang menggemparkan di daerah Kudus. Peristiwa itu terjadi pada diri Kanjeng Sunan Sungging. Pada suatu hari Kanjeng Sunan Sungging bermain layang-layang tersiratlah niat beliau untuk melihat dan berkeliling Wilayah Nusantara. Maka mulailah beliau merambat melalui benang layang-layang yang sedang melayang di angkasa. Pada waktu Kanjeng Sunan Sungging sampai di tengah-tengah angkasa, putuslah benang tersebut dan melayanglah beliau bersama layang-layang tersebut hingga sampai ke Tiongkok, konon hingga di daerah Yunan.
Selang beberapa tahun, Kanjeng Sunan Sungging mempersunting seorang gadis Tiongkok. Dalam beberapa tahun kemudian hamil-lah istrinya itu dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama The Ling Sing. Setelah The Ling Sing menginjak dewasa, maka ayahandanya Kanjeng Sunan Sungging memberi petuah kepada anak tersebut. Apabila engkau ingin menjadi orang yang mulia di dunia dan akhirat, maka ikutilah jejakku. Apakah yang ayahanda maksudkan? Pergilah kau ke Kudus yang termasuk wilayah Nusantara, di sanalah aku pernah berdiam.
Maka berangkatlah The Ling Sing ke Tajug. Setelah ia sampai ke tempat yang dituju, maka mulailah The Ling Sing menyiapkan diri untuk membenahi sekelilingnya dan berdakwah. Dimana pada waktu itu masyarakat Tajug masih kuat memeluk agama Hindu.
The Ling Sing, tiba pada sekitar awal abad ke-15. Konon, beliau datang ke Pulau Jawa bersama Laksamana Jenderal Cheng Hoo. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah Jenderal Cheng Hoo yang beragama Islam itu datang ke Pulau Jawa untuk mengadakan tali persahabatan dan menyebarkan agama Islam melalui perdagangan.
Di Jawa, The Ling Sing cukup dipanggil dengan sebutan Kyai Telingsing, beliau tinggal di sebuah daerah subur yang terletak diantara sungai Tanggulangin dan Sungai Juwana sebelah Timur. Disana beliau bukan hanya mengajarkan agama Islam, melainkan juga mengajarkan kepada para penduduk seni ukir yang indah. Sebuah seni mengukir kayu dengan gaya Sung Ging sebagai sebuah maha karya ukiran kayu yang terkenal akan kehalusan dan keindahannya.
Banyak yang datang berguru seni ukir kepada Kyai Telingsing, termasuk Raden Ja’far Sodiq (Sunan Kudus), putra sahabatnya Raden Usman Haji (Sunan Ngundung). Dimana kemudian bersama-sama dengan Raden Usman Haji dikenal sebagai pendiri kota Ngundung (Undung) yang juga disebut Tajug dan kemudian dikenal sebagai Kudus. Sehingga, ia pun kemudian dikenal sebagai Ki Ageng Kudus atau Kyai Gede Kudus.
Kyai Telingsing yang telah lama berdakwah telah lanjut usia dan ingin segera mencari penggantinya. Pada suatu hari Kyai Telingsing berdiri sambil menengok ke kanan dan ke kiri (atau dalam bahasa Jawa Ingak-Inguk) seperti mencari sesuatu. Tiba-tiba Ja’far Shoddiq (Sunan Kudus) muncul dari arah selatan, dan secara tiba-tiba pula konon Sunan Kudus membangun masjid dalam waktu yang amat singkat, bahkan ada yang mengatakan masjid itu muncul dengan sendirinya. Berhubung dengan hal tersebut maka desa tempat masjid tersebut berdiri kemudian dinamakan desa Nganguk dan masjidnya dinamakan Masjid Nganguk Wali. Akhirnya kedua tokoh tersebut bekerja sama dalam mengembangkan dakwah di Kudus. Dan dengan taktik dan siasat dari Kyai Telingsing dan Ja’far Shoddiq (Sunan Kudus) akhirnya berhasil-lah cita-cita keduanya untuk menyebarkan Islam di Kudus.